INDUKSI GURU PENDAMPING


Pengawas Sekolah SMA, SMK dan SLB  sebanyak 119 sudah resmi diangkat oleh tDinas Pendidikan Prov Jawa Barat dan dilanjutkan dengan melaksanakan Program Induksi Guru Pendamping, diharapkan bisa mendongkrak mutu Pendidikan untuk menjadi Istimewa di Indonesia. Pendampingan dilaksanakan selama 10 Bulan yang karena berbagai hal perubahan akhirnya menjadi 9 bulan, dengan metode 10%,  Pembelajaran Formal 20% Diskusi dan Refleksi dan 70% On Job Learning. 

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SMK

Netizen betapa pesimis dengan masa depan bangsa ini, karena karakter pemimpin, karakter guru, karakter polisi, karakter Dunia Kerja dan semua elemen lainya. Semua menuding kepada satu kata yaitu "Karakter". Guru ketika metodologi mengajar tidak sesuai zaman maka dengan enteng menyebut yang penting karakter, Dunia Kerja ketika sosialisasi rekruitmen dalam Job Fair mengungkapkan dengan latah yang penting Karakter. Namun demikian semua tidak mampu mengungkapkan bagaimana membentuk karakter bangsa di era digital saat ini. Tidak mampu mengkungkapkan metodologi, pemaknaan ataupun penyadaran bagi peserta didiknya. Mudah mudahan tulisan ini dapat menginspirasi semua untuk bangkit menggerakan mengarahkan berbagai elemen untuk saling asih saling asuh saling sharing mengenai pembentukan karakter bangsa.

A. Karakter Moral

1. Kejujuran

PEMBELAJARAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) UNTUK GURU SMK

Pendahuluan

Pembelajaran berbasis SETS (Science, Environment, Technology, and Society) merupakan pendekatan yang sangat relevan dalam konteks pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendekatan ini mengintegrasikan ilmu pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, sehingga siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga memahami aplikasi praktis dari pengetahuan yang mereka peroleh. Menurut Yulistiana (2015), "Pembelajaran SETS dapat membantu siswa memahami bahwa teknologi mempengaruhi laju pertumbuhan sains serta dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat." Selain itu, Hwang dan Chang (2011) menekankan bahwa "Pembelajaran yang berbasis pada konteks lingkungan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan." Hal ini sangat penting bagi siswa SMK yang akan terjun ke dunia kerja, di mana mereka harus mampu mengaitkan pengetahuan sains dengan isu-isu sosial dan lingkungan.

Manfaat Pembelajaran SETS dalam Konteks SMK

Meningkatkan Kesadaran Lingkungan

Salah satu manfaat utama dari pembelajaran SETS adalah meningkatkan kesadaran siswa terhadap isu-isu lingkungan. Sardiman (2005) menyatakan bahwa "Pembelajaran yang mengaitkan sains dengan isu lingkungan dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap masalah-masalah yang ada di sekitar mereka." Dengan memahami dampak teknologi terhadap lingkungan, siswa diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang lebih bertanggung jawab. Selain itu, menurut Hwang dan Chang (2011), "Pembelajaran berbasis konteks lingkungan dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan." Dengan demikian, pembelajaran SETS tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap positif terhadap lingkungan.

PEMBELAJARAN DENGAN DESIGN THINKING

Pendahuluan

Di era pendidikan yang terus berkembang, pendekatan inovatif sangat diperlukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad 21. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah Design Thinking. Konsep ini tidak hanya mengedepankan kreativitas, tetapi juga kolaborasi dan kemampuan pemecahan masalah. Untuk guru-guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), penerapan Design Thinking dalam pembelajaran dapat memberikan dampak signifikan terhadap keterampilan dan kesiapan siswa dalam dunia kerja.

Konsep Dasar Design Thinking

Design Thinking adalah sebuah proses kognitif yang digunakan untuk merancang solusi terhadap berbagai masalah kompleks. Pendekatan ini melibatkan lima langkah utama: Empathize (Empati), Define (Definisi), Ideate (Ideasi), Prototype (Prototipe), dan Test (Uji).

HARI GURU

Hari Senin Tanggal 25 Nopember 2024, selayaknya kita merayakan Hari Guru, sebuah momen yang sangat berarti untuk menghormati dedikasi dan pengorbanan para pengajar, pendidik, pelatih pembimbing atau mentor dalam kehidupan dan tentu saja bukan hanya di sekolah formal. Dalam tradisi kita, istilah “guru” berasal dari bahasa Sanskerta, Gu berarti gelap dan Ru berarti Cahaya atau Guru berarti "Cahaya di Kegelapan." Mari kita eksplorasi makna ini lebih dalam dan lihat bagaimana sifat cahaya dapat dianalogikan dengan peran guru dalam pembelajaran kekinian.

Sifat Cahaya dan Makna dalam Pembelajaran
1. Refleksi
Cahaya memantul dari permukaan, membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini mencerminkan bagaimana guru memantulkan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada siswa. Dalam konteks pembelajaran kekinian, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mengajak siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Dengan cara ini, pengetahuan dapat dipahami dengan lebih mendalam dan siswa dapat melihat relevansi materi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Refraksi
Ketika cahaya melewati medium yang berbeda, jalurnya berubah. Ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik mampu menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Guru yang memahami bahwa setiap siswa memiliki cara unik dalam menangkap informasi dapat mengadaptasi pendekatan mereka, sehingga setiap siswa merasa terlibat dan termotivasi dalam proses belajar.