HARI GURU

Hari Senin Tanggal 25 Nopember 2024, selayaknya kita merayakan Hari Guru, sebuah momen yang sangat berarti untuk menghormati dedikasi dan pengorbanan para pengajar, pendidik, pelatih pembimbing atau mentor dalam kehidupan dan tentu saja bukan hanya di sekolah formal. Dalam tradisi kita, istilah “guru” berasal dari bahasa Sanskerta, Gu berarti gelap dan Ru berarti Cahaya atau Guru berarti "Cahaya di Kegelapan." Mari kita eksplorasi makna ini lebih dalam dan lihat bagaimana sifat cahaya dapat dianalogikan dengan peran guru dalam pembelajaran kekinian.

Sifat Cahaya dan Makna dalam Pembelajaran
1. Refleksi
Cahaya memantul dari permukaan, membawa informasi dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini mencerminkan bagaimana guru memantulkan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada siswa. Dalam konteks pembelajaran kekinian, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mengajak siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Dengan cara ini, pengetahuan dapat dipahami dengan lebih mendalam dan siswa dapat melihat relevansi materi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Refraksi
Ketika cahaya melewati medium yang berbeda, jalurnya berubah. Ini menunjukkan bahwa seorang guru yang baik mampu menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Guru yang memahami bahwa setiap siswa memiliki cara unik dalam menangkap informasi dapat mengadaptasi pendekatan mereka, sehingga setiap siswa merasa terlibat dan termotivasi dalam proses belajar.

Ekspektasi pada Peserta Didik

Pendahuluan

Ekspektasi guru terhadap peserta didik merupakan elemen kunci dalam menciptakan motivasi dan semangat belajar. Ketika guru memiliki ekspektasi yang tinggi, siswa merasa lebih termotivasi untuk mencapai potensi maksimal mereka. Menurut Rosenthal dan Jacobson (1968), efek Pygmalion menunjukkan bahwa ekspektasi positif dari guru dapat meningkatkan kinerja siswa. Hattie (2012) juga menekankan bahwa ekspektasi yang jelas dan terukur memberi siswa arah dalam proses belajar. Selain itu, Dweck (2006) menyatakan bahwa pola pikir yang berkembang dapat dipicu oleh ekspektasi yang realistis dan mendukung. Dengan demikian, ekspektasi yang baik dari guru dapat berkontribusi signifikan terhadap keberhasilan akademik siswa.

Perhatian dan Kepedulian untuk Meningkatkan Semangat Belajar Siswa

Pendahuluan

Perhatian dan kepedulian guru terhadap siswa merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memotivasi. Ketika siswa merasa diperhatikan, mereka cenderung lebih bersemangat untuk belajar. Menurut Pianta (2006), hubungan yang baik antara guru dan siswa dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, Wentzel (2010) menyatakan bahwa perhatian yang diberikan oleh guru dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Dengan demikian, perhatian dan kepedulian yang tulus dari guru sangat penting untuk mendukung semangat belajar siswa.

Umpan Balik Konstruktif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa

Pendahuluan

Umpan balik konstruktif merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar. Umpan balik yang baik tidak hanya memberikan informasi tentang apa yang telah dilakukan dengan baik, tetapi juga menunjukkan area yang perlu diperbaiki. Menurut Hattie dan Timperley (2007), umpan balik yang konstruktif dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai tujuan pembelajaran. Sementara itu, Shute (2008) mencatat bahwa umpan balik yang spesifik dan terarah dapat mendorong siswa untuk lebih berusaha. Dengan demikian, penerapan umpan balik konstruktif dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih produktif.

 

DISIPLIN POSITIF SISWA SMK

Pendahuluan
Penerapan disiplin positif di kelas SMK memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Disiplin positif tidak hanya mencakup pengelolaan perilaku siswa, tetapi juga menekankan pada pembangunan hubungan yang saling menghormati dan mendukung. Kohn (2020) berpendapat bahwa pendekatan ini mendorong keterlibatan siswa dalam proses disiplin, sedangkan Sprick (2021) menekankan bahwa restitusi berfungsi untuk memperbaiki hubungan yang terganggu akibat perilaku negatif. Dengan demikian, disiplin positif melalui segitiga restitusi dapat menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif untuk pembelajaran.