Menempatkan
sesuatu pada tempatnya sudah merupakan kaidah atau prinsip yang dipegang sejak
zaman dahulu kala dalam dunia pendidikan. Begitu pula hal nya dengan penempatan
teori pendidikan yang dilaksanakan pada saat ini. Pada era orde lama sampai
pertengahan orde baru penggunaan behaviorism masih kental dalam dunia
pendidikan di Indonesia, kemudian pertengahan orde baru, orde reformasi dan
saat ini behaviorisme memudah dan digantikan oleh konstruktivism. Semua insan
pendidikan akrab dengan peribahasa, “lain ladang lain belalang lain lubuk lain
ikanya”. Dunia pendidikan jenjang menengah dikenal dengan pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan. Kedua “ladang” pendidikan ini tentu
memiliki karakteristik “belalang” yang berbeda. Belalang dari ladang yang
pertama ditujukan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sedangkan belalang dari
ladang kedua diperuntukan menjadi belalang pekerja di dunia usaha dan dunia
industri. Pertanyaanya sudah tepatkah insan pendidikan memperlakukan “belalang”
calon pekerja?
Dalam
UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Kejuruan adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu. Mempersiapkan peserta didik yang akan melanjutkan ke pendidikan
tinggi dengan mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja tentu akan sangat
jauh berbeda bukan pada mata pelajaran kejuruan tetapi seharusnya pada mata
pelajaran nasional, kewilayahan dan Bidang Dasar Keahliah (Fisika, Kimia,
Biologi dan Simdig) juga memiliki konten dan karakteristik yang sangat berbeda.
Pada kenyataanya masih didesain sama sehingga menjadi sumber kerancuan. Begitu
juga mata pelajaran tersebut pada tiap kompetensi keahlian yang berbeda
seharusnya berbeda konten dan karakteristiknya karena kebutuhan tiap kompetensi
keahlian berbeda.
Kenyataan
demikian boleh jadi disebabkan kesalahan dalam menentukan arus utama penggunaan
teori pembelajaran yang digunakan di sekolah menengah kejuruan. Pada saat ini
baik di SMA dan SMK pembelajaran menggunakan pendekatan Paedagogi sebagai teori
belajarnya. Mari kita coba telaah sudah tepatkah jika pedagogi digunakan di SMK
untuk mencipatakan para pekerja.
A. PEDAGOGI
Menurut
Kusuma.[1] Pedagogi berasal dari
bahasa Yunani dari kata pais yang berarti anak dan agi yang berarti memimpin
jadi artinya memimpin anak. Istilah
memimpin dalam dunia pendidikan lebih tepatnya adalah mendidik. Karakteristik
mendidik anak menurut Muiz pada Amin[2], berdasarkan beberapa parameter dimensi
sebagai berikut: Dependensi, peserta didik terikat secara personal, guru
menentukan apa, kapan, bagaimana sesuatu dipelajari. Berdasarkan sumber belajar
peserta didik memiliki sedikit sumber belajar, guru membagikan teknik transmisi
untuk mengisi kekosongan pengetahuan di benak siswa. Alasan Belajar, peserta didik memiliki alasan
belajar diantaranya adalah untuk naik kelas atau naik jenjang. Fokus
Belajar, pembelajaran berpusat pada
subject dan fokus pembelajaran sebagaimana diberikan oleh kurikulum atau
silabus yang disediakan oleh pemerintah. Motivasi, siswa belajar karena
motivasi dari luar dorongan orang tua, guru, atau kompetisi sesama rekanya.
Aturan Guru, guru mendesain proses pembelajaran, memaksakan materi adalah cara
terbaik untuk mengetahui sesuai.
B. ANDRAGOGY
Knowles
dalam Aspel (2003:1)[3] mendefinisikan
andragogy sebagai seni dan sains membantu orang dewasa belajar. Seni berkaitan
dengan rasa dan keindahan dibangun oleh otak kanan sedangkan sains berhubungan
dengan logika, pola-pola tertsruktur dan sistematis, dibangun oleh otak kiri. Kedua
bahan dasar pembangun andragogy ini harus menyatu dalam kaidah bantuan bukan instruksi ataupun
transfer ilmu. Selwa Alkadhi (2004:5)[4]
mengungkapkan karakteristik bagaimana orang dewasa belajar yaitu dalam
pembelajaran, orang dewasa mengambil tanggung jawab. Dalam perfektif orang
dewasa keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh catatan instruktur
saja.
Pertama,
independensi, Orang dewasa memiliki kebebasan secara otonom untuk mengarahkan
dirinya dalam belajar. Orang dewasa menentukan sendiri subjek apa yang dirasa
masih kurang kompeten dan ingin mencapainya dengan cara yang diinginkanya.
Karena pada dirinya sudah jelas motivasi, orientasi belajar, pengalaman yang
dimilikinya sebagai bekal serta kesiapanya sejauh mana.
Kedua,
sumber belajar, Sumber belajar orang dewasa bisa berasal dari pengalamanya atau
pengalaman orang lain. Pada saat ini kalau secara teoritik sangat banyak sumber
belajar baik bacaan ataupun audio visual.
Ketiga,
alasan untuk belajar, orang dewasa hanya
akan belajar jika menurut pengalamanya memerlukan ilmu pengetahuan atau
keterampilan yang akan diajarkan oleh instruktur. Jika menurut pengalamanya
tidak diperlukan secara praktis untuk efektifitas dan efisiensi, tentu saja
tidak akan mau belajar materi tersebut. Jadi perlu menyampaikan banyak untung
rugi terhadap suatu materi yang akan disampaikan.
Keempat, fokus pembelajaran, pembelajaran orang
dewasa berupa penugasan atau berpusat pada masalah, masalah-masalah yang
diberikan sangat erat kaitanya dengan kepentingan keseharian pekerjaan orang
dewasa.
Kelima,
motivasi dan peran instruktur, motivasi muncul dari dalam diri yang diakibatkan
dari peningkatan harga diri dan
pengakuan akan hadir dari kesuksesan penampilan. Dengan demikian pada pembelajaran orang
dewasa bukan tidak perlu banyak pujian dan pembangkitan motivasi secara verbal
namun lebih kepada pemberian kesempatan agar yang bersangkutan bisa lebih
sering menampilkan performance terbaiknya sehingga dengan sendirinya terbangun
motivasi yang kuat.
C. ERGONAGY
Tanaka,
Kazutoshi dan Evers, Michael B (1999:1)[5]
mengukapkan bahwa Ergonagy berasal dari kata ergon yang artinya kerja
dan agogos berarti memimpin atau mendidik. Dengan demikian istilah Ergonagy
berarti mendidik kerja. Istilah yang
sangat tepat untuk pendidikan peserta didik di SMK, meskipun usianya tetap usia
anak anak. Jika menggunakan pendekatan pembelajaran pedagogi ada beberapa hal yang
kurang begitu tepat, beberapa hal diantaranya yaitu:
Pertama, Dependesi atau keterikatan, keterikatan
peserta didik secara personal dengan guru pada pedagogik dan kebebasan secara
otonom pada andragogi keduanya kurang begitu tepat jika digunakan untuk peserta
didik SMK. Peserta didik SMK diarahkan dan dibiasakan agar mengikuti Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku
di Dunia Usaha dan Dunia Industri
(DUDI). Secara sistemik pekerja keterikatanya
kepada SOP kerja secara ketat, peserta didik yang dapat menjalankan SOP dengan
baik menunjukan tingkat kompetensinya.
Kedua,
Sumber belajar, sumber belajar pedagogik terbatas dan diatur oleh guru atau
instruktur, guru menentukan apa, kapan dan bagaimana memahami suatu konten
sumber belajar sementara pada andragogi
pembelajar bebas menentukan sumber belajar sesuai dengan kebutuhanya.
Pada peserta didik yang sedang dipersiapkan untuk menjalani pekerjaan, sumber
belajar menjadi tertentu tetapi bukan terbatas. Seorang peserta didik yang
mempelajari engine Toyota misalnya tentu akan menggunakan manual mesin yang
dikeluarkan oleh pabrik mesin Toyota, tetapi karena belum tentu dia bekerja di
toyota maka banyak manual lain yang di pelajari apakah itu Mitsubishi, Honda
dan sebagainya. Jadi lebih tepat kalau dikatakan bebas dan tertentu.
Ketiga,
Alasan belajar, pedagogik mendefinisikan siswa belajar berdasarkan dorongan
dari orang tua, guru atau kompetisi sementara andragogi dorongan utama
seseorang untuk belajar adalah karena kebutuhan akan pengetahuan dan
keterampilan efektifitas dan efisiensi
dalam pekerjaanya. Peserta didik
SMK motivasi dalam menyelesaikan pendidikanya adalah kompetensi yang sesuai
dengan DUDI. Dalam perjalananya siswa
SMK tidak cukup dikatakan kompeten hanya oleh sekolah saja namun harus memiliki
legalitas dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan atau dari DUDI.
Keempat,
fokus pembelajaran, pada pembelajaran
pedagogi pembelajaran berpusat pada subject dan fokus pembelajaran sebagaimana
diberikan oleh kurikulum atau silabus yang disediakan oleh pemerintah dalam hal
ini kemdikbud. Pada pendidikan menengah
umum kurikulum sebagaimana yang diberikan Kemdikbud, guru mengembangkan silabus
melalui indikator dari setiap Kompetensi Dasar yang diberikan. Sementara pada andragogi fokus pembelajaran
berupa penugasan atau berpusat pada masalah, masalah-masalah yang diberikan
sangat erat kaitanya dengan kepentingan keseharian pekerjaan orang dewasa.
Fokus pembelajaran peserta didik SMK dikembangkan dari tiga pihak yaitu
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
dari Kemdikbud harus terlebih dahulu diselaraskan dengan SKKNI dari BNSP dan kepentingan DUDI rekanan
sekolah. Fokus pembelajaran praktik dan produk yang dihasilkan dari project
Teaching Factory. SOP pembelajaran
menentukan produk apa yang akan dibuat siswa, bagaimana kualitas produk yang
dihasilkan sampai pada bagaimana siswa memasarkan dan belajar memperoleh profit
dari produk yang dihasilkan.
Kelima,
motivasi, pada siswa belajar melalui pedagogi motivasi dari luar berupa
dorongan dari orang tua, guru, atau kompetisi sesama rekanya. Sedangkan pada
andragogi , motivasi muncul dari dalam diri yang diakibatkan dari peningkatan harga diri dan pengakuan yang
hadir dari kesuksesan penampilan. Kedua pendektan ini pun kurang tepat digunakan
dalam pembelajaran di SMK karena motivasi peserta didik SMK dalam belajar
adalah bagaimana memperoleh kompetensi dari barang atau jasa yang diproduksi
kemudian memperoleh profit daripadanya dan menjadi pengalaman portofolio
tersendiri yang bisa digunakan untuk mengarungi kehidupan pekerjaan setelah
selesai dari SMK.
Kesimpulan
Penggunaan pendekatan pembelajaran Pedagogi maupun andragogi pada peserta didik SMK tidak tepat berdasarkan pada karakteristik 5
dimensi pembelajaran yaitu dependensi, sumber belajar, alasan belajar, fokus
pembelajaran dan motivasi. Pembelajaran peserta didik di SMK sudah seyogyanya
menggunakan Ergonagy sebagai pendekatan yang nantinya akan berimplikasi ke berbagai kegiatan. Penggunaan Pedagogi
pada pembelajaran peserta didik di SMK hanya akan menghasilkan lulusan yang
tidak siap bekerja, tidak siap merantau tidak siap dewasa dalam menghadapi
berbagai problematika kehidupan karena lulusan SMK bukan dicetak untuk
meneruskan ke pendidikan lanjutan tapi dicetak untuk siap bekerja dan
berwirausaha. Ringkasnya Pedagogy merupakan seni dan ilmu mendidik.' Andragogy adalah seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar.' dan Ergonagy yaitu seni dan ilmu membantu orang belajar bekerja.'
Referensi
[1]
Kusuma,”Pedagogi-Pedagogika”. Online http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195509271985031-DHARMA_KESUMA/Pedagogi-pedagogik_01.pdf
(diakses 29 April 2020).
[2]
ibid
[3] Aspell,
D.D.Andragogy,Adult Learning (San
Antonio:University of Texas, 2003), h. 1.
[4] Alkadhi.
Learning Theory, Adult Education (California: California State University,
2005), h. 3.
[5] Tanaka,
Kazutoshi; Evers, Michael B. Learning Theory, Adult Education (California:
California State University, 2005), h. 1.
No comments :
Post a Comment