Sebentar
lagi para orang tua yang anaknya berada di kelas IX SMP akan mencari sekolah terbaik.
Sekolah yang paling banyak dicari adalah SMK, mengapa? Karena SMK menjanjikan lulusanya siap kerja dan data
menunjukan jumlah siswa SMK paling banyak. Seperti apa sekolah idaman yang unggul? Patokan apa saja yang digunakan
untuk mengukur mutu lulusan dikatakan unggul? Meskipun saat ini sudah diterapkan
sistem zonasi, untuk SMK ada beberapa perbedaan dengan SMP atau SMA karena
siswa memilih bukan hanya sekolah namun juga kompetensi keahlian yang boleh
jadi berbeda di tiap sekolah dekat rumahnya.
Patokan untuk
menentukan sekolah bermutu tinggi atau
tidak, salah satunya yaitu Mutu lulusan selain dari proses pembelajaran, mutu
guru dan pengelolaan sekolah. Pada tulisan kali ini hanya membahas mutu lulusan
insyaallah lain kali akan membedah yang lainya. Banyak sekolah yang
membanggakan ada lulusanya yang bekerja di perusahaan ini dan itu, sangat baik
jika ditelusuri berapa banyak dari tiap angkatan yang tercatat lengkap dengan
buktinya masing masing berkerja di berbagai perusahaan.
Mutu
Lulusan suatu sekolah yang paling diharapkan orangtua adalah:
Pertama,
karakter siswa. Karakter
siswa secara keseluruhan menjadi ukuran karena karakter itu menular. Seorang
anak baik dengan sengaja atau tidak akan meniru karakter sahabatnya, karena
persahabatan itu istilahnya mencuri tabiat. Mending jika tabiat yang dicuri itu
yang bagus bagus tapi kalau yang punya tabiat tidak baik? Sekolah yang mutu
lulusanya baik yaitu sekolah yang bisa menjadikan anak anak yang biasa
karakternya menjadi luar biasa setelah lulus karena pembiasaan yang dibentuk di
sekolah. Misalnya karakter siswa menjadi murah senyum, rajin menyapa, selalu
membudayakan salaman, sopan dengan teman dan santun kepada orang tua. Sekolah yang membuat sistem agar dalam keseharian
di rumah siswa menjadi rajin bantu orang tua untuk rapih-rapih, membereskan
rumah menjadi resik, merawat apa yang biasa dirawat oleh orang tua, mengerjakan
segala sesuatu serba ringkas. Orang tua mana yang tidak bangga dengan anaknya
yang asalnya biasa saja beribadah kemudian setelah bersekolah menjadi rajin
mengkaji agamanya, baca kitab sucinya, kalau orang Islam shalat sunahnya tidak
terlewat, Shalat selalu berusaha ke mesjid, malam shalat tahajud, siang rajin
shalat duha karena terbiasa. Sikap kepada rekanya baik, bisa menempatkan diri
dan bersikap. Begitu juga ketika bekerja dimanapun memiliki karakter pekerja
keras pantang menyerah, berjiwa tangguh
tidak mudah mengeluh dan selalu berusaha membuat sesuatu yang baru dan berbeda
dari teknologi yang ada. Karakter atau
sifat seperti itulah yang sebenarnya diinginkan oleh orangtua selesai anaknya
lulus dari sekolah.
Kedua, Kompetensi siswa, sekolah dikatakan unggul
ketika siswanya memiliki kompetensi kekinian
yaitu kompetensi abad 21 dimana siswa pandai berkomunikasi, pintar memilih
kata dan kalimat yang tepat dengan siapa dia berbicara, pandai menyampaikan
gagasan, kontak mata, raut wajah, dan gerak gerik tubuh enak dilihat. Siswa
yang pintar kerjasama dan diterima baik oleh semua rekanya, mudah menolong,
tidak pelit berbagi. Siswa yang terlatih berfikir kritis, terbiasa memecahkan
masalah-masalah pekerjaan baik teknis maupun non teknis. SMK idaman seperti apa yang bisa menghasilkan
lulusan dengan kompetensi seperti itu? Jawabnya, SMK yang
merupakan replika Usaha Dudi Industri (DUDI)
dalam keseharianya. Jika di DUDI ada
perencanaan usaha, proses produksi, kendali mutu, branding, pemasaran,
kalkulasi untung rugi dan sebagaiknya, maka hal demikian terjadi juga di
sekolah meskipun dalam skala yang lebih kecil. Sekolah bisa menjadi replika
DUDI manakala ada kerjasama yang kuat dengan beberapa DUDI sehingga terikat
satu sama lain dalam program bersama. Kurikulum dibuat bersama disesuaikan
dengan kebutuhan industri, jadwal pelajaran siswa tidak seperti di sekolah umum
yang kebanyakan di kelas, tetapi siswa SMK lebih banyak di workshop atau
bengkel. Guru-gurunya setahun sekali magang di industri dan pengetahuanya
dituangkan menjadi modul sbagai bahan ajar untuk siswa. Unit produksi dan Buesines
Center atau Website untuk penjualan daring sebagai tempat siswa
memasarkan berbagai produknya terkelola dengan baik. Pola pola pembelajaran
disekolah demikian lah yang bisa dijadikan pilihan untuk anak anak bersekolah
kejuruan.
Ketiga,
Kemampuan Teknis Tinggi, memilih sekolah kejuruan harus dipastikan dulu
bagaimana calon sekolah yang dilipih menghasilkan lulusan yang memiliki
kemampuan teknis tinggi. Sekolah menengah kejuruan sejatinya didesain untuk
menghasilkan tenaga terampil kerja di masing masing bidangnya. Tidak sulit
mencari tahu apakah sekolah kejuruan tersebut menghasilkan siswa yang memiliki
keterampilan teknis tinggi atau tidak, yaitu dengan mencari tahu apakah para
lulusanya memperoleh sertifikat kompetensi keahlian dari Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) atau DUDI tidak? Jika sebagian besar atau bahkan seluruh siswanya
memperoleh sertifikat kompetensi berarti itu sekolah yang sangat memperhatikan
kemampuan teknis tinggii. Karena tidak jarang sekolah menengah kejuruan yang hanya
meluluskan siswanya tetapi kurang memperhatikan kemampuan teknis tinggi, dan
ketika ditanya dengan enteng menjawab yang penting siswa disini akhlaknya baik kompetensi kan bisa menyusul. Sepertinya
benar jawaban itu tapi sangat tidak tepat untuk jenis sekolah kejuruan. Karena
sekolah kejuruan harus memastikan lulusanya benar benar kompeten dan dibuktikan
oleh sertifikat keahlian.
Keempat,
Kepuasan Pemangku Kepentingan. Pemangku
kepentingan di sekolah adalah warga sekolah yang berkepentingan langsung
ataupun tidak langsuang terhadap pengelolaan sekolah. Secara teknis pemangku
kepentingan berada dalam Komite Sekolah. Komite sekolah secara penuh aktif
memberikan lembaga pertimbangan, lembaga pendukung berbagai kebijakan
produktif, pengendali dalam rangka transparansi dan akuntabilitas serta
mediotor sekolah dengan masyarakat, sekolah dengan DUDI atau Pemerintah. Para
pemangku kebijakan secara berkala memberikan pengakuan mengenai kepuasan terhadap sikap, pengetahuan
dan keterampilan secara generik lulusan
yang dihasilkan. SMK tidak hanya menghasilkan lulusan kemudian berdiam diri,
namun secara proaktif menyalurkan lulusannya sampai bekerja di perusahan atau
berwirausaha melalui Bursa Kerja Khusus (BKK).
No comments :
Post a Comment