Pembelajaran
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau dikenal dengan istilah Ergonagy
merupakan seni atau sains membantu peserta didik untuk bisa bekerja. Dengan
demikian timbangan yang digunakan untuk mengukur baik buruknya pembelajaran di
SMK haruslah menggunakan kaidah kaidah ergonagy. Timbangan yang digunakan
terdiri dari komponen Mutu Pembelajaran di Kelas, Mutu Pembelajran di Luar
Kelas, Iklim Belajar di Kelas dan Pemanfaatan Sarana dan prasarana penunjang
proses pembelajaran. Timbangan dengan komponen demikian konon kabarnya
merupakan mesin pengukur baru menimbang mutu pembelajaran di tahun 2020. Dulu
di Sekolah menegah Kejuruan dikenal
dengan kaidah 1:2:4 yaitu untuk 1 bagian
pembelajaran teori di dalam kelas, 2 bagian pembelajaran praktik di
bengkel/workshop dan 4 bagian pembelajran di Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
Pada saat ini kaidah itu telah berubah dimana kurikulum suatu sekolah saat ini
konstruk dari BSNP, BNSP dan DUDI. Penyelarasan kurikulum ini diyakini yang
terbaik untuk diimplementasikan oleh guru baik dikelas, diluar kelas atau di
DUDI.
Mutu
Pembelajaran di dalam Kelas dikatakan baik jika efektif dan efisien
mengkonstruk sikap, pengetahuan dan keterampilan (IPK) siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaranya. Pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dalam
prosesnya untuk berfikir tingkat tinggi. Implementasi dua kalimat diatas
tidaklah sederhana maka perlu perencanaan yang matang karena mendidik itu bukan
mendadak. Membuat sebuah bangunan dangau saja membutuhkan persiapan, rancangan
struktur, materi, biaya dan seterusnya. Apalagi ini ingin mengkonstruk sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang tidak bisa dilihat secara langsung pada
manusia, tentu membutuhkan perencanaan yang benar benar matang. Idealnya
pembelajaran di SMK haruslah terintegrasi antara konstruksi sikap pengetahuan dan keterampilan.
Terintegrasi pula antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain untuk mendukung
projek atau praktik yang sedang dikerjakan siswa. Guru bermutu tinggi tidak
membelajarkan siswa SMK sama dengan guru SMA, guru SMK haruslah hirau dengan
mata pelajaran lain, hirau dengan projek yang dikerjakan siswa, hirau dengan
kordinasi dan komunikasi antar guru. Perencanaan guru bermutu akan beda dengan
format umum RPP yang digunakan di berbagai jenjang tetapi disitu tertulis joint
program dengan DUDI, produk yang akan dibuat, bagaimana branding dan
pemasaran, bagaimana siswa meraih kompetensi utama dan kompetensi
penunjang. Guru bermutu memiliki catatan
selama proses pembelajaran sehingga memiliki fakta dan data untuk memperbaiki
pembelajaran selanjutnya. Kendali mutu kualitas pembelajaran di kelas
diperbaiki melalui bantuan profesional dari Kepala Sekolah melalui kegiatan
supervisi.
Ciri lain
dari pembelajaran di dalam kelas yang berkualitas adalah dengan diksanakannya
penilaian selama proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung. Penilaian
meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada saat banyak aplikasi yang digunakan untuk
penilaian seperti menggunakan Jotform, Quizizz, Edpuzzle, Google Form atau bahkan
google classroom. Guru yang membelajarkan siswa ramai sendiri di depan
kelas tentu akan kesulitan untuk melaksanakan penilaian kelas. Penilaian kelas
hanya bisa dilakukan secara efektif untuk pembelajaran yang benar-benar Constructivism.
Kualitas pembelajaran
di kelas ditentukan juga oleh perhatian guru kepada program perbaikan dan
pengayaan. Pada pembelajaran Constructivism berapa kali siswa belajar
suatu konsep tidak masalah yang penting kompeten. Setiap siswa berhak memperoleh nilai
sempurna, dengan demikian grafik distribusi nilai tidak normal sangat mungkin
grafiknya linear karena seluruh siswa kompeten.
Begitu juga dengan siswa yang paling dulu kompeten diberikan pengayaan
sehingga melebihi standar yang telah ditetapkan.
Pembelajaran
di kelas kelas sekolah kejuruan yang berkualitas dapat dicirikan dengan adanya
kelas kelas berbasis industri dan kelas kelas wirausaha. Jumlah kelas berbasis
industri atau wirausaha masih sedikit di bandingkan dengan kelas kelas
konvensional. Beberapa sudah memiliki kelas Toyota, kelas Daihatsu, kelas, Honda,
kelas Suzuki, kelas Yamaha, kelas BJB, kelas Samsung, kelas Zyrex, dan
sebagainya. Kelas kelas ini sejatinya memiliki kurikulum yang khusus sesuai
nama kelasnya. Teori, praktik dan produk baik dalam bentuk jasa layanan atau
benda disesuaikan dengan standar prosedur operasional (SOP) industri rekanan.
Begitu juga penilaian, misal jika penilaian keseharian siswa menggunakan 0-100
pada kelas industri menggunakan 0-1, kelas tersebut mengikuti apa yang sudah
ditetapkan oleh standar industri rekanan.
Kelas
Wirausaha dibuat agar lulusan yang dihasilkan memiliki jiwa wirausaha yang
kuat, mandiri. Siswa dididik membuat produk, menerima jasa pemesanan, membuat
penawaran, melakukan branding dan
sebagainya. Agar kelas wirausaha bisa berkelanjutan maka perlu kerjasama yang
kuat dengan beberapa DUDI. Tanpa kerjasama yang baik dengan DUDI akan kesulitan
pengadaan barang dan jasa serta pemasaran. Pekerjaan pekerjaan tersebut
mustahil juga dilakukan dengan baik jika sistem penjadwalan masih konvensional,
maka penjadwalan sistem blok menjadi mutlak adanya. Sama seperti kelas industri
pada kelas wirausaha dilakukan penilaian terhadap sikap kerja, progres
pengetahuan siswa dan keterampilan merencanakan, proses produksi, pemasaran dan
lainya.
Pembelajaran
di dalam kelas juga dikatakan
berkualitas jika Unit produksi dan Bisnis Center dsi sekolah kejuruan
berjalan secara berkesinambungan. Unit produksi merupakan kegiatan usaha yang dilakukan di dalam
sekolah, bersifat bisnis profit oriented dengan para pelaku warga
sekolah. Unit produksi mengoptimalkan sumber daya sekolah dan lingkungan.
Sedangkan Bisnis Center merupakan kegiatan usaha seperti retail menjual berbagai
produk baik dari warga sekolah ataupun dari luar dengan keuntungan digunakan
untuk keberlangsungan pendidikan di sekolah tersebut. Di kedua tempat tersebut
siswa menempa diri untuk memulai belajar hidup di dunia nyata. Namun demikian
aktifitas siswa di Unit produksi dan Bisnis Center bukan tempat bermain
tanpa perencanaan tetapi kegiatan siswa by design. Kegiatan di kedua
tempat itu bagaian dari intrakurikuler lengkap dengan penilaian dari guru
pengampu mata pelajaran yang terkait.
Pembelajaran
di luar kelas untuk siswa kejuruan dinamakan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dialkukan di DUDI mitra sekolah. Pekerjaan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa
di DUDI haruslah sesuai dengan unit unit kompetensi yang harus di capai. Dalam
Kurikulum 2013 (rev 2017) pelaksanaan PKL selama 120 hari / 24 minggu / 6
Bulan. Bisa menggunakan pola harian (120-200 hari efektif). Pola mingguan (24-40 minggu) atau pola bulanan (6-10
bulan). Selama PKL pembimbingan guru guru memastikan bahwa siswa memperoleh
pembimbingan dari staf atau pegawai di DUDI. Setelah selesai PKL siswa
memperoleh sertifkat dari DUDI mitra sekolah.
Iklim
belajar di kelas merupakan bagian dari
pembelajaran bermutu atau tidak, pembelajaran memang tidak semuanya bisa
dinikmati karena terkait dengan minat dan bakat. Pembelejaran di kelas secara
keseluruhan bisa dipantau dari angket
yang diberikan kepada siswa. Guru yang membelajarkan siswa kurang antusias bisa
lebih di kentalkan lagi PKB nya.
Iklim
kelas yang baik juga sangat kental dengan budaya literasi, ada desain sehingga
siswa pada rajin baca dan tulis di mading. Ada kegiatan lomba literasi
berhitung, sekolah memfasilitasi adanya klub sains, klub IT, klub Keterampilan
lainya. Sekolah juga memfasilitasi
adanya bank mini, tabungan dan lainya. Lomba lomba seperti pakaian adat antar
kelas, lomba menyanyi daerah bagus menciptakan
budaya literasi di kelas.
Kelas yang
bermutu tidak seperti gudang, kosong tanpa tulisan, minim baner afirmasi, atau
kosong dari karya siswa. Kelas yang baik
selain penuh dengan atribut resmi juga dihiasi berbagai gambar, chart, peta
konsep serta bagan bagan yang berkaitan dengan kompetensi keahlian. Jika kelas
tersebut digunakan moving class tidak beberapa atribut dari beberapa kopetensi
keahlian hadir bersama asal kelas seperti layaknya rumah bagi peserta didik.
1 comment :
Sama sama pak
Post a Comment