A.
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Asia merupakan benua dengan
jumlah negara yang berdaulat sebanyak 50 negara.[1] Negara negara di Asia
berkembang pesat terutama empat negara yang yang dikenal sebagai macan Asia
yaitu Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan China.[2] Negara-negara di
Asia Bagian tenggara membentuk komunitas yang populer disebut ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang kemudian pada tahun 1997 menyepakati AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang akhirnya berjumlah 10 Negara yaitu: Brunei, Indonesia, Mlayasia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada tahun 1995, Laos pada tahun 1997 dan Myanmar dan Kamboja pada tahun 1999. Timor Leste belum bergabung kepada kesepakatan AFTA, meskipun sudah menjadi anggota ASEAN.
Asia Bagian tenggara membentuk komunitas yang populer disebut ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) yang kemudian pada tahun 1997 menyepakati AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang akhirnya berjumlah 10 Negara yaitu: Brunei, Indonesia, Mlayasia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam bergabung pada tahun 1995, Laos pada tahun 1997 dan Myanmar dan Kamboja pada tahun 1999. Timor Leste belum bergabung kepada kesepakatan AFTA, meskipun sudah menjadi anggota ASEAN.
Pembentukan Asean Economic Community Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) atau berawal dari
kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada
Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan
daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik
investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan
dan kesejahteraan warga ASEAN. Pada KTT
selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN
mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.[3]
Beberapa hal yang perlu
dicermati yang akan menjadi peluang atau ancaman ketika implemantasi MEA
dilihat dari blueprint dimana
diungkapkan mengenai karakteristik dan elemen dari MEA yaitu:
1. Pasar
Tunggal dan Basis Produksi; Aliran Bebas Barang, Jasa, Investasi,Tenaga Kerja, Prioritas
Sektor Integrasi, Makanan, Pertanian dan hutan,
2. Wilayah
Ekonomi Kompetitif; Kebijakan kompetisi, Proteksi konsumen, Perangkat Hak Cipta,
Pengembangan Infrastruktur, Pajak, E-Comerce,
3. Pembangunan
Ekonomi Berkeadilan; Pengembangan Usaha Kecil Menengah,
4. Inisiatif
untuk Integrasi ASEAN,
5. Integrasi
kepada Ekonomi Global,
6. Pendekatan
koheren terhadap Hubungan Ekonomi Eksternal,
7. Peningkatan
Partisipasi dalam jaringan pasokan global.[4]
Indonesia masih
memiliki kendala dalam menghadapi MEA di akhir tahun 2015 diantaranya :
Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014
jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta
orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua,
ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi
kelancaran arus barang dan jasa. Ketiga, sektor industri yang rapuh karena
ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan
pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan
sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.
Dari elemen dan
karakteristik blueprint MEA dapat
disiapkan generasi Indonesia untuk menghadapinya. Penyiapan generasi melalui
pendidikan dan latihan yang masive dan
terstruktur serta sistematis untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan dan menangkap
peluang 7 point yang dinyatakan dalam blueprint
MEA. Sesungguhnya ketika ditataran teknis pendidikan masih ramai
membicarakan landasan pengembangan kurikulum dengan istilah mau dibawa kemana
atau quo vadis, sesungguhnya hal tersebut hanya menangguhkan
waktu saja dalam perlombaan negara negara Asia/ASEAN untuk menjadi pemenang di AFTA dan MEA.
Dengan demikian perlu dicermati trend apa saja yang perlu dibidik dalam
mempersiapkan peserta didik agar dapat menjadi pemenang pada masa yang akan
datang.
B.
TRENDS PEKERJAAN DI ERA MEA
Sewaktu AFTA dan MEA diberlakukan akhir tahun 2015 nanti
maka peluang kerja, jabatan dan sektor lapangan pun diperluas namun syarat
menjadi lebih diperketat. Persaingan bukan hanya dengan sesama pekerja dalam
satu wilayah namun akan bertarung dengan para ekspatriat. Gross National
Product (GNP) Indonesia yang pada tahun $2.200 kemudian meningkat tajam
menjadi $3.524 pada tahun 2014[5],
manakala Sumberdaya Manusia (SDM) Indonesia siap dengan MEA maka peningkatan
GNP akan lebih tajam lagi. Konsekuensi logisnya ketika SDM tidak siap maka
perubahan ini boleh jadi akan membawa keterpurukan yang luar biasa juga.
Siswa-siswa perlu dipersiapkan kompetensinya untuk
setidaknya 10 tahun kedepan sehingga sangat mendukung untuk terciptanya
pertumbuhan kesejahteraan yang lebih merata. Pada saat ini sedang booming SMK dan seperti diketahui, spektrum keahlian SMK pada
Kurikulum 2006 terbagi dalam 6 bidang
studi, 40 program studi dan 121 kompetensi keahlian. Adapun enam bidang studi
tersebut adalah Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi,
Kesehatn, Seni Kerajinan dan Pariwisata, Agrobisnis dan Teknologi serta Bisnis
dan Manajemen. Pada Kurikulum 2013 menjadi 9 Bidang Studi yaitu: Teknologi
dan Rekayasa; Teknologi Informasi
dan Komunikasi; Kesehatan; Agribisnis dan Agroteknologi;
Perikanan dan Kelautan; Bisnis dan Manajemen; Pariwisata; Seni Rupa dan Kriya dan Seni Pertunjukan.[6]
Realitanya jumlah Bidang Studi yang di selenggarakan
terkonsentrasi pada Teknologi dan Rekayasa serta Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Minat yang sangat tinggi dari masyarakat yang kurang didukung oleh
Dunia Usahadan dunia Industri serta sarana dan prasarana yang memadai disekolah
menjadi sulit juga buat siswauntuk memperoleh kompetensi yang berdaya saing
dengan para ekspatriat.
Menurut
Aspillera, Mark: 10 Pekerjaan yang paling
top untuk 10 tahun mendatang adalah: Coimputer programmer, Pengasuh Bayi,
Perawat Manula, Pelatihan Pekerja, Insinyur
Lingkungan, Perawat Rumah Sakit, Manajemen Konsultan, Spesialis Jaringan, Asisten
Dokter, Kordinator Pekerja Sosial.[7]
Sutanto (2012,10)
mengungkapkan bahwa secara umum mengenai kompetensi agar sukses di dunia kerja
adalah memahami dan menerapkan prinsip: “sebelum orang lain memahami anda, anda
harus memahami orang lain terlebih
dahulu”.[8] Anonim (2011) mengatakan secara umum terdapat 15 keahlian
yang harus dimiliki SDM unggul yaitu : Memberikan saran terpercaya, menjadi
penentu keputusan, memahami bisnis, berani mengemukakan pendapat, mendukung
orang lain, memerintah SDM, advokasi
karyawan, pengendali hasil, nyaman pada posisinya, kolaborasi, memenangkan
perubahan, pendengar yang baik, penghasil ide, pembicara persuasif, pelatih
kesuksesan.[9] Sedangkan menurut
Wijanarka (11: 2012) karakteristik lulusan
pendidikan vokasi agar bisa bertahan di era global yang selalu berubah adalah memiliki keterampilan pada
bidangnya yang meliputi pengetahuan,
ketrampilan, dan aplikasi pengetahuan dan
ketrampilan, serta memiliki
keterampilan generik yang berlaku untuk
semua level kualifikasi, yaitu: (1) keterampilan- keterampilan dasar, misalnya membaca dan berhitung sesuai dengan level dan
tipe kualifikasinya, (2) keterampilan sosial seperti bekerja sama dan kemampuan
berkomunikasi, (3) keterampilan berpikir
seperti belajar bagaimana belajar (learning to learn), kemampuan
mengambil keputusan dan kemampuan
memecahkan masalah; dan (4) keterampilan personal seperti mandiri dan integritas.
Pekerjaan pekerjaan yang akan di tempuh oleh siswa 10 tahun
kedepan pada intinya perlu menggunakan soft skill multiple kecerdasan atau 4 As yaitu: Iklhas (Transedental), Cerdas (Multiple
Intelegence), Mawas (Interpersonal),
Tuntas (Profesional). Sedangkan hardskill
yang harus memiliki minimal tiga skill yaitu Bahasa Internasional (I.
Inggris/Mandarin), Information Technology (IT) dan Jiwa kewirausahaan (Enterpreunerrship).
Sebagaimana diatur dalam PP
No.08 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Pemerintah
mengeluarkan terminologi dari KKNI sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi
dan kompetensi tenaga kerja Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan sektor pendidikann dengan sektor pelatihan dan pengalaman
kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan
struktur di berbagai sektor pekerjaan. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati
diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem
pelatihan kerja nasional serta sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran
(learning outcomes) nasional, yang
dimiliki.[10]
KKNI menjadi output dan outcome pendidikan formal, dengan adanya KKNI maka
terdapat pengakuan kualifikasi berbasis KKNI antara SDM Indonesia dengan SDM
Asing.
Skala Keahlian menurut KKNI
terdiri dari skala 1 (terendah) sampai skala 9 (Tertinggi). Jenjang Kualifikasi
KKNI, jenjang 1-3 dikelompokan sebagai
operator, jenjang 4-6 dikelompokan sebagai teknisi atau analis dan
jenjang 7-9 dikelompokan sebagai ahli. Peningkatan level kompetensi dari 1
sampai 9 bisa dapat ditempuh melalui 4 jalur yaitu : pendidikan jalur akademik,
dunia kerja, pendidikan profesi atau autodidak/pengalaman. Melalui KKNI Sumber
Daya Manusia memilikipeluang untuk memiliki kompetensi tidak hanya melalui satu
jalur saja yaitu yaitu pendidikan formal.
Jadi dengan demikian maka seorang yang kurang beruntung tidak dapat
melanjutkan pendidikn formal namun memperoleh kesempatan di dunia kerja untuk
mengembangkan kompetensi dirinya maka memiliki hakyang sama. Sekarang tidak ada
lagi yang bertanya lulusan PT dari mana, dalam atau luar negeri, negeri atau
swasta di kampung atau dari kota, tetapai pertanyaanya kompetensi anda level
berapa?
Deskripsi KKNI dirumuskan
dalam capaian pembelajaran, domain afektif meliputi science dan knowledge
sedangkan domain kompetensi meliputi skill
dan know how. Parameter deskripsi
terdiri dari tiga tingkatan yaitu Kemampuan di bidang kerja, pengetahuan yang
dikuasai dan kemampuan manajerial. Berikut penjelasan masing masing parameter:
1. llmu pengetahuan (science):
suatu sistem berbasis metodologi ilmiah untuk membangun pengetahuan (knowledge) melalui hasil-hasil
penelitian di dalam suatu bidang pengetahuan (body of knowledge). Penelitian berkelanjutan yang digunakan untuk
membangun suatu ilmu pengetahuan harus didukung oleh rekam data, observasi dan
analisa yang terukur dan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman manusia
terhadap gejala-gejala alam dan sosial.
2. Pengetahuan (knowledge):
penguasaan teori dan keterampilan oleh seseorang pada suatu bidang keahlian
tertentu atau pemahaman tentang fakta dan informasi yang diperoleh seseorang
melalui pengalaman atau pendidikan untuk keperluan tertentu. Pengetahuan
praktis (know-how): penguasaan teori
dan keterampilan oleh seseorang pada suatu bidang keahlian tertentu atau
pemahaman tentang metodologi dan keterampilan teknis yang diperoleh seseorang
melalui pengalaman atau pendidikan untuk keperluan tertentu.
3. Keterampilan (skill):
kemampuan psikomotorik (termasuk manual dexterity dan penggunaan metode, bahan,
alat dan instrumen) yang dicapai melalui pelatihan yang terukur dilandasi oleh
pengetahuan (knowledge) atau
pemahaman (know-how) yang dimiliki seseorang mampu menghasilkan produk atau
unjuk kerja yang dapat dinilai secara kualitatif maupun kuantitatif.
4. Afeksi (affection):
sikap (attitude) sensitif seseorang
terhadap aspekaspek di sekitar kehidupannya baik ditumbuhkan oleh karena proses
pembelajarannya maupun lingkungan kehidupan keluarga atau mayarakat secara
luas. Kompetensi (competency):
akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara
terukur melalui asesmen yang terstruktur, mencakup aspek kemandirian dan
tanggung jawab individu pada bidang kerjanya.
Penjaminan mutu dilakukan
baik secara internal pada institusi pendidikan yaitu pada penyusunan capaian
kompetensi pembelajaran, implementasi
kurikulum dan tercapainya kualitas lulusan sesuai deskriptor serta secara
eksternal. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai penyusun Standar
Nasional Pendidikan yang harus dicapai.
D.
PENGEMBANGAN
KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 hadir didasarkan atas
beberapa pertimbangan pertimbangan sebagai berikut:
1. Tantangan
baik internal dimana belum terpenuhinya 8 standar pendidikan serta bonus
demografi (240 juta jiwa) dan tantangan eksternal berupa tantangan masa depan
seperti WTO, Globalisasi, APEC, AFTA dan
MEA. Persepsi masyarakat mengenai pendidikan hanya mengutamakan kognitif saja
dan minimmuatan karakter posititf. Perkembangan pengetahuan paedagogi.
Kompetensi masa depan danfenomenanegatif yang mengemuka seperti tawuran korupsi
dan sebagainaya.
2. Penyempurnaan Pola Pikir, dari perkembangan akademik,
industri dan sosial budaya memerlukan perubahan pada pengetahuan sikap dan
keterampilan maka dengan perngembangan kurikulum melalui 4 landasan (Filosofi, Psikologi,Sosbud
dan IPTEK)[11] diperoleh SDM yang unggul
pengetahuan siikapdan keterampilanya. Pada kurikulum 2006 (KTSP), empat Standar
yaitu Standar Isi (SI), Standar Proses (SP), Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
serta Standar Penilaian (SPn) berdiri sendiri sedangkan pada kurikulum 2013
menyempurnakan pola pikir dimana pemikiran dimulai dari akhir yaitu berangkat
dari SKL kemudian diturunkan menjadi SI, SP dan SPn.
3. Penguatan Tata Kelola,
landasan yuridis pada UU SPN No 20 Th. 2003 mengisyaratkan
mengenai: lingkup kompetensi terdiri
dari sikap,pengetahuan dan keterampilan, pengembangan pengembangan dan
pelaksanaan KBK serta Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum ditetapkan Pemerintah.
4. Pendalaman dan Perluasan Materi.
Refleksi hasil PISA disimpulkan hampir semua siswa
Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain
banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan bahwa semua manusia
diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu: yang kita
ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman maka diperlukan penyesuaian kurikulum.
Refleksi hasil Lebih dari Analisis Hasil TIMSS dan PIRL, 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level
menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan
advance. Dengan keyakinan bahwa semua anak dilahirkan sama, kesimpulan dari
hasil ini adalah yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan yang diujikan [yang
distandarkan] internasional
5. Penguatan Proses, Kerangka kompetensi manusia Abad 21
yaitu proses pembelajaran tidak cukup hanya untuk meningkatkan pengetahuan
[melalui core subjects] saja, harus dilengkapi: Berkemampuan
kreatif-kritis-Berkarakter kuat [bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif,
adaptif,...] Disamping itu didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan
berkomunikasi, Perlunya mempersiapkan proses penilaian yang tidak hanya tes
saja, tetapi dilengkapi dengan penilaian lain termasuk portofolio siswa.
Disamping itu diperlukan dukungan lingkungan pendidikan yang memadai[12]
6. Penyesuaian Beban, Kerangka dan struktur kurikulum, silabus dasar dan buku disipkan pemerintah.
Dalam
perjalananya Kurikulum 2013 berdasarkan hasil Evaluasi Tim 11 (11 Pakar
Pendidikan) yang dipimpin Prof. Suyanto akhirnya hanya Sekolah Sasaran saja
yang meneruskan pelaksanaan Kurikulum 2013, sekolah lain secara bertahap sampai
tahun 2019 baru melaksanakan Kurikulum 2013.
Pengembangan
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Berikut
perbedaan teknis antara kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013 dalam Tabel 1.
Tabel 1.
Perbandingan Kurikulum KTSP terhadap Kurikulum 2013
NO
|
KTSP
|
KURIKULUM
2013
|
1
|
Mata pelajaran tertentu mendukung
kompetensitertentu
|
Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi [sikap, keterampilan, pengetahuan] dengan penekanan yang berbeda
|
2
|
Mapel dirancang berdiri sendiri dan
memiliki kompetensi dasar sendiri
|
Mata pelajaran dirancang terkait
satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh
kompetensiinti tiap kelas
|
3
|
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan
|
Bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan carrier off knowledge
|
4
|
Tiap mata pelajaran Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pende-katan yang Idealnya
|
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang berbedaSemua mata pelajaran diajarkan dengan pende-katan yang
sama, yaitu pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba,
menalar,....
|
5
|
Untuk SMA, ada penjurusan sejak
kelas XI
|
Tidak ada penjurusan di SMA. Ada
mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat
|
6
|
SMA dan SMK tanpa kesamaan
kompetensi
|
SMA dan SMK memiliki mata pelajaran
wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
|
7
|
Penjurusan di SMK sangat detil
[sampai keahlian]
|
Penjurusan di SMK tidak terlalu
detil [sampai bidang studi], didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan
pendalaman
|
Kunci keberhasilan Kurikulum 2013 adalah manakala
persyaratan berikut terpenuhi yaitu: Ketersediaan buku guru dan siswa, buku
pedoman penilaian, kompetensi guru, dukungan manajerial; kepala sekolah dan
pengawas dan budaya akademik.
E.
CAPAIAN PEMBELAJARAN YANG DIBUTUHKAN
Penyelarasan antara pendidikan dengan kompetensi dibuat
dalam bentuk Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2.
Penyelarasan Pendidikan dan Tingkat Kompetensi
NO
|
P.
AKADEMIK
|
P.
PROFESI
|
LEVEL
KOMPETENSI (KKNI)
|
KEL.
KOMPETENSI / KARIR
|
|
1.
|
S3
|
S3
TERAPAN
|
SP
2
|
9
|
AHLI
|
2.
|
S2
|
S2
TERAPAN
|
SP1
|
8
|
|
3.
|
PROFESI
|
7
|
|||
4.
|
S1
|
D4
|
6
|
ANALIS/
TEKNISI
|
|
5.
|
D3
|
5
|
|||
6.
|
D2
|
4
|
|||
7.
|
D1
|
3
|
OPERATOR
|
||
8.
|
SMA
|
SMK
|
2
|
||
9.
|
WAJAR
DIKDAS
|
1
|
Lulusan SMK berada pada Kel Kompetensi Operator maka
menurut PP No.08 Tahun 2012 haruslah memiliki kompetensi seperti pada Tabel 3. sebagai
berikut:
Tabel 3.
DESKRIPSI JENJANG KUALIFIKASI KKNI
JENJANG
KUALIFIKASI
|
DESKRIPSI
|
UMUM
(Seluruh
Jenjang)
|
1. Bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki moral,
etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan tugasnya.
3. Berperan sebagai
warga negara yang bangga dan cinta tanah air serta mendukung perdamaian dunia.
4. Mampu bekerja sama
dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat
dan lingkungannya.
5. Menghargai
keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama serta
pendapat/temuan original orang lain.
6. Menjunjung tinggi penegakan
hukum serta memiliki semangat untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta
masyarakat luas.
|
1
(OPERATOR)
|
1. Mampu melaksanakan
tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin, dengan menggunakan alat, aturan,
dan proses yang telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan
tanggung jawab atasannya.
|
2.
Memiliki pengetahuan faktual.
|
|
3.
Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak Bertanggung
jawab atas pekerjaan orang lain.
|
Capaian pembelajaran yang dirancang oleh BSNP sebagai
pembuat standar pendidikan dinyatakan dalam SKL seperti pada Tabel 4. Berikut
ini :
Tabel 4.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) SMK
DIMENSI
|
KUALIFIKASI
KEMAMPUAN
|
SIKAP
|
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu,
percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
PENGETAHUAN
|
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan
kejadian.
|
KETERAMPILAN
|
Memiliki kemampuan pikir dan tindak
yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan
dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
|
Pada tiap jenjang siswa juga harus mencapai Kompetensi Inti
(KI), KI 1 adalah Kompetensi Spiritual ,
KI 2 Kompetensi Sosial, KI 3 Kompetensi Pengetahuan dan KI 4 Kompetensi
Keterampilan. Kurikulum 2013 sudah selaras dengan KKNI yang menyertakan sikap,
pengetahuan dan keterampilan bahkan spiritual disertakan disertakan tersendiri
hal demikian untuk menjadikan manusia sebagai manusia meskipun dalam
pekerjaanya boleh jadi akan berfungsi sebagai mesin bernyawa. Berikut
Kompetensi Inti yang harus di capai siswa selama belajar di SMK dalam Tabel 5
Tabel 5
KOMPETENSI INTI SISWA SMK
KI
|
KELAS
X
|
KELAS
XI
|
KELAS
XII
|
1
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
|
Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya.
|
2
|
Menghayati dan Mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
|
Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
|
Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
|
3
|
Memahami, menerapkan dan
Menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah
|
Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
|
Memahami, menerapkan, menganalisis,
dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
|
4
|
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung
|
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, dan
mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
|
Mengolah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung
|
Capaian pembelajaran secara spesifik
dari tiap kompetensi keahlian atau mata pelajaran untuk kelompok C1 dan C2
dinyatakan dalam Kompetensi Dasar (KD). Jika dilihat antara KKNI dengan KI maka
sesungguhnya KKNI baik pada aspek umum yang diselaraskan dengan KI 1
(Spiritual) dan 2 (Sosial) sudah selaras bahkan KI melebihi yang diinginkan
pada KKNI. KI 3 (Pengetahuan) dan KI 4 (Keterampilan) juga memiliki standar kompetensi yang lebih
di bandingkan dengan KKNI. Demikian pula dengan Standar Penilaian yang
mengharuskan guru menilai 3600 dariseorang siswaselama mengikuti
pembelajaran di dalam kelas.
Dengan
demikian sesungguhnya Kurikulum 2013 sudah memenuhi kebutuhan dasar Dunia Usaha
dan Dunia Industri pada era Masyarakat Ekonomi Asean/ASIA (MEA). Permasalahanya
adalah pemenuhan syarat keberhasilan kurikulum 2013 yang belum terpenuhi
seperti Standar Sarana, Standar tendik,Standar Pengelolaan dan Sandar
Pembiayaan. Ketika semua Standar lain terpenuhi maka secara umum kompetensi
yang dibutuhkan yaitu literasi IT, bahasa dan entrepreneurship sebagai syarat
minimal maka akan terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. “Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum” (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,
2013) h. 59
Susanto,
Teguh. “Softskill Sukses di Dunia Kerja”
(Jakarta PT Suka Buku, 2012, h.10)
Depdiknas.”
Gagasan Kurikulum Masa Depan” (Balitbang,
2007 )
ASEAN.
“Asean Economic Economic Blueprint”( Jakarta: ASEAN Secretariat,2008)
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_di_Asia
akses 23 April 2015
https://saripedia.wordpress.com/tag/4-negara-macan-asia/
akses 23 April 2015
http://www.asean.org/archive/5187-10.pdf
akses 23 April 2015 akses
23 April 2015
http://www.theguardian.com/news/datablog/2013/dec/03/pisa-results-country-best-reading-maths-science
http://www.streetdirectory.com/travel_guide/21011/careers_and_job_hunting/top_10_future_careers.html
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_kerja_aec
[6] https://www.academia.edu/6895211/PEMINATAN_BIDANG_KEAHLIAN_KEJURUAN_PADA_SMK_rev1
akses 23 April 2015
[8] Teguh
Susanto, Softskill Sukses di Dunia Kerja
(Jakarta PT Suka Buku, 2012, h.10)
[11] Oemar
Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung, PT Remaja Rosda Karya,
2013) h. 59
No comments :
Post a Comment