Mengimplementasikan suatu konsep ke dalam
program sekolah sebaiknya dilaksanakan secara bertahap prosedural
dan menyeluruh. Secara bertahap dalam artian dimulai dari pemahaman terlebih
dahulu kepada stakeholder sehingga mereka benar benar merasa perlu dan dengan
sendirinya meminta bimbingan dalam pelaksanaanya. Prosedural ditempuh agar
memiliki legalitas formal, ketika suatu kegiatan yang dilaksanakan dengan
landasan konseptual, regulasi dan praktiknya terpenuhi maka langkah-langkah
menjadi sangat jelas sistematika dan capaian keterukuranya. Menyeluruh berarti
seluruh warga sekolah dalam setiap kegiatan saling menguatkan atau koheren.
Setelah menstimulasi
kepala sekolah tentang kecerdasan majemuk kemudian membicarakan lebih lanjut
dan lebih dalam tentang kecerdasan majemuk. Hampir pasti semua sekolah mengaku
telah melaksanakan teori kecerdasan
majemuk hanya saja sistematik dan keterukuran yang belum dilakukan.
1.
Kepala Sekolah
dan guru terlebih dahulu di beri pemahaman mengenai konsep kecerdasan majemuk
melalui IHT atau worshop. Setelah mereka pahambaru masuk ke tahap formal untuk
menjadikan kecerdasan majemuk melembaga dan menjadi culture di sekolah melalui langkah berikut
2.
Pada awal tahun ajaran mengadakan pembimbingan melalui
Metode Delphi untuk seluruh stake holder diajak untuk merumuskan visi dan misi sekolah dengan langkah-langkahnya sebagaimana diungkapkan Gorton
(1976: 26-27) sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi
individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai
pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
b.
Masing-masing
pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas;
c.
Mengumpulkan
pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang
yang berpendapat sama.
d.
Menyampaikan
kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan
urutan prioritasnya.
e.
Mengumpulkan kembali
urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas
keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
3. Membimbing
tim perumus membuat Visi misi sekolah terbentuk tentunya dengan rasa kecerdasan
majemuk, karena guru-guru akan menyampaikan nilai-nilai luhur yang paling
dipahami dan masih teringat. Kaidah yang digunakan adalah SMART (specific,measureble,achievable, reliable dan
time bond)
4. Pendampingan
kepada Tim Pengembang Sekolah (TPS) dalam Penyusunan EDS (Evaluasi Diri Sekolah)
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi real sekolah dimana, sehingga memudahkan
strategi yang akan diambil ketika akan mengimplemantasikan kecerdasan majemuk.
5. Pembimbingan
kepada TPS dalam Penyusunan RKS (Rencana Kerja Sekolah) yang berlaku selama 4
tahun dan dapat di revisi manakala dicapai lebih cepat. Kegiatan kegiatan yang
ada di dalam RKS merujuk pada rumusan visi dan misi yang telah dibuat.
6. Pembimbingan
kepada TPS dalam Penjabaran RKS menjadi RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah) yang berlaku selama 1 tahun. Mata kegiatan dari RKAS mengambil dari
hasil EDS dan disertai penggunaan anggaran.
7. Pengontrolan
terhadap sosialisasi kepada seluruh warga sekolah hasil RKAS, sejatinya RKAS
ini dipampangkan secara terbuka di berbagai tempat strategis dan mudah dibaca
seluruh warga sekolah. Namun karena tidaksetiap warga sekolah memiliki
kedewasaan yang matang dalam mensikapi keuangan jadi hanya disimpan di ruang
KS, Wakasek, Kaprog (SMK).
8. Pendampingan
dalam pembuatan Program Kerja Wakasek, Kaprog dan lainya merujuk pada RKAS dan Matriks pelaksanaan
kegiatan dipampangkan di tempat strategis seperti ruang guru. Pada program
kerja ini dalam setahun bisa diadakan kegiatan seperti ESQ, Outbond, dan training-training lain buat guru
dan siswa.
9. Pengawasan
dilakukan bukan hanya terhadap bentuk dan administrasi kegiatan yang
dilaksanakan namun lebih menukik pada bagaimana kebermaknaan terjadinya
perubahan proses pembelajaran menjadi berorientasi pada kecerdasan majemuk.
10. Pengawasan
yang efisien bisa dilakukan melalui Focus Discuccion Group (FGD) Tim Pengembang
Sekolah (TPS). Materi FGD fokus pada
capaian serta kendala dan proyeksi raihan selanjutnya dari program yang
dilaksanakan. Pangawas dan kepala sekolah membuat matrik format keterlaksanaan
setiap tahapan dan ketercapaian sehingga implementasi kecerdasan majemuk
terukur capaianya.
Dengan langkah langkah secara terstruktur
diatas maka penerapan kecerdasan majemuk yang terukur dan sistematis akan
bertahan lama. Jika hanya melalui IHT atau workshop maka akan seperti ‘gertak
sambal’ saja. Paling lama berlangsung satu atau 2 tahun. Melalui program
seperti diatas minimal akan jalan dalam jangka menengah yaitu 4 tahun.
No comments :
Post a Comment