DISIPLIN POSITIF SISWA SMK

Pendahuluan
Penerapan disiplin positif di kelas SMK memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Disiplin positif tidak hanya mencakup pengelolaan perilaku siswa, tetapi juga menekankan pada pembangunan hubungan yang saling menghormati dan mendukung. Kohn (2020) berpendapat bahwa pendekatan ini mendorong keterlibatan siswa dalam proses disiplin, sedangkan Sprick (2021) menekankan bahwa restitusi berfungsi untuk memperbaiki hubungan yang terganggu akibat perilaku negatif. Dengan demikian, disiplin positif melalui segitiga restitusi dapat menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif untuk pembelajaran.

Metode Segitiga Restitusi
Segitiga restitusi melibatkan tiga elemen utama: siswa, guru, dan komunitas. Morrison (2021) menyatakan bahwa model ini mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Van Ness dan Strong (2022) menambahkan bahwa pendekatan ini berfokus pada membangun hubungan yang baik antara siswa, guru, dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, suasana kelas dapat terjaga, dan siswa merasa lebih terlibat dalam pembelajaran.

Dialog Terbuka dan Empati
Salah satu metode dalam segitiga restitusi adalah dialog terbuka antara semua pihak yang terlibat. Hattie (2021) menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif membantu memahami perspektif masing-masing individu. Fredrickson (2022) menekankan bahwa dialog ini mendorong pengembangan empati di antara siswa, sehingga mereka dapat lebih memahami dampak dari tindakan mereka. Dengan menerapkan dialog terbuka, guru dapat menciptakan suasana yang mendukung keterlibatan siswa dan pemecahan masalah yang konstruktif.

Aturan dan Konsekuensi yang Jelas
Penerapan aturan yang jelas dan konsekuensi yang adil juga merupakan bagian penting dari disiplin positif dalam konteks segitiga restitusi. Simonsen et al. (2022) menjelaskan bahwa aturan yang jelas membantu siswa memahami harapan yang ada. Glickman (2021) menambahkan bahwa konsekuensi harus mendidik dan relevan dengan perilaku yang dilakukan. Dengan menggabungkan aturan yang jelas dan konsekuensi yang adil, suasana kelas dapat terjaga, dan siswa merasa lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Langkah-langkah Penerapan Segitiga Restitusi
  1. Identifikasi Masalah: Tentukan masalah atau perilaku yang perlu diperbaiki. Kohn (2020) menekankan pentingnya pengamatan yang objektif.
  2. Dialog Terbuka: Ajak siswa untuk berdiskusi tentang masalah tersebut. Hattie (2021) menyatakan bahwa komunikasi yang transparan meningkatkan pemahaman.
  3. Tentukan Aturan dan Konsekuensi: Buat aturan yang jelas dan konsekuensi yang mendidik. Simonsen et al. (2022) menggarisbawahi bahwa aturan harus mudah dipahami.
  4. Keterlibatan Siswa: Libatkan siswa dalam merancang solusi untuk masalah. Dweck (2020) menunjukkan bahwa partisipasi siswa meningkatkan rasa tanggung jawab.
  5. Implementasi Pemecahan Masalah Kolaboratif: Gunakan teknik pemecahan masalah secara kolaboratif. Goleman (2021) menekankan bahwa kolaborasi membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial.
  6. Evaluasi dan Tindak Lanjut: Tindak lanjuti untuk memastikan perbaikan dan pembelajaran berkelanjutan. Fredrickson (2022) menunjukkan bahwa evaluasi berkala penting untuk keberhasilan.
Teknik dan Strategi
  1. Empati dalam Dialog: Latih siswa untuk mendengarkan dan memahami pandangan teman-teman mereka.
  2. Penguatan Positif: Berikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif.
  3. Lingkungan Belajar yang Aman: Ciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan mereka.
  4. Kegiatan Tim: Gunakan kegiatan kelompok untuk meningkatkan kerja sama dan saling menghormati.
Kesimpulan
Penerapan disiplin positif melalui segitiga restitusi di kelas SMK memerlukan pendekatan yang holistik dan melibatkan berbagai langkah, teknik, dan strategi. Dengan menerapkan metode ini, suasana belajar yang aman, nyaman, dan produktif dapat diwujudkan, yang pada gilirannya mendukung perkembangan akademik dan sosial siswa.

Referensi
  1. Dweck, C. (2020). Mindset: Changing the Way You Think to Fulfil Your Potential. Journal of Educational Psychology.
  2. Elmore, R. (2022). School Reform from the Inside Out: Policy, Practice, and Performance. Educational Evaluation and Policy Analysis.
  3. Fredrickson, B. (2022). The Role of Positive Emotions in Student Engagement. Journal of Positive Psychology.
  4. Glickman, C. D. (2021). Leadership and the Art of Coaching: A Practical Guide for Teachers. Journal of Educational Leadership.
  5. Goleman, D. (2021). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. International Journal of Educational Management.
  6. Hattie, J. (2021). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
  7. Kohn, A. (2020). Unconditional Parenting: Moving from Rewards and Punishments to Love and Reason. Atria Books.
  8. Morrison, B. (2021). Restorative Justice in Education: A Guide for Teachers and Administrators. Journal of School Violence.
  9. Simonsen, B., Fairbanks, S., Briesch, A. J., Myers, D., & Sugai, G. (2022). Evidence-Based Practices in Classroom Management: Considerations for Research to Practice. Education and Treatment of Children.
  10. Sprick, R. (2021). Discipline in the Secondary Classroom: A Positive Approach to Behavior Management. Jossey-Bass.
  11. Van Ness, D. W., & Strong, K. (2022). Restorative Justice in the Classroom: A Guide for Educators. Journal of Conflict Resolution.

No comments :