DUNIA KEJURUAN

Tulisan ini didasarkan atas kegundahan penulis yang mana dalam pekerjaan kneseharian menemukan berbagai salah kaprah dan ketidakserasian antara konsep pendidikan kejuruan dengan realita pertumbuhan jumlah SMK yang sangat cepat. Konsep Pendidikan Kejuran menurut Djojonegoro (1998) sebagai berikut:
  1. Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja
  2. Pendidikan kejuruan didasarkan atas demand-driven  (kebutuhan dunia kerja)
  3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja
  4. Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan siswa harus pada hands-on atau performa dalam dunia kerja
  5. Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan kejuruan
  6. Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi
  7. Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on experience”
  8. Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik
  9. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar daripada pendidikan umum
Mari kita analisis dan bandingkan dengan realita kebanyakan SMK yang ada saat ini.
  1. Siswa memilih SMK karena berkeinginan kuat untuk bekerja dan kenyataanya siswa yang melanjutkan paling berkisar antara 1-10% saja. Sehingga seluruh guru yang mengajar di SMK sudah semestinya menciptakan suasana dunia pekerjaan di sekolah. Dunia pekerjaan yang dimaksud adalah siswa dikondisikan sebagai pekerja pada berbagai jenjang pekerjaan atau sebagai owner dari suatu bidang pekerjaan. Pembenaman siswa terhadap situasi demikian selama pembelajaran di sekolah berlaku untuk seluruh mata pelajaran merupakan suatu keniscayaan. Pembenaman suasana kerja harus diciptakan bukan hanya oleh guru produktif saja namun guru adaptif atau normatif pun demikian sehingga iklim di SMK lebih bersifat konvergen sangat berbeda dengan kondisi di SMA yang paralel yaitu antar mapel tidak begitu saling menguatkan.
  2. Secara umum kebutuhan dunia kerja pada abad 21 meliputi kreatifitas, berfikir tingkat tinggi, kolaborasi dan komunikasi. Pertama, Siswa sulit membiasakan diri kreatif manakala guru kurang menstimulasi kreatifitas. Pembelajaran klasikal hanya akan membawa siswa kepada masa lampau, sedangkan siswa disekolahkan oleh orangtuanya agar bisa hidup mandiri dimasa yang akan datang. Stimulasi untuk merangsang kreatifitas siswa bisa berupa pembelajaran yang berubah sesuai dengan situasi, waktu dan tentunya berbasis konstruktivis. Kedua, setelah siswa keluar sekolah tentu mereka tidak akan ditanya apa ini, apa itu, definisi, pengertian atau penjelasan. Ketika siswa keluar dari sekolah mereka akan langsung dihadapkan pada kondisi berfikir di ranah analisis, sintesis atau evaluasi. Dengan demikian merupakan kemestian bagi guru untuk membiasakan siswa berfikir tingkat tinggi. Ketiga, dunia saat ini memasuki era konsep dimana persaingan sulit dimenangkan tanpa benrkongsi atau berkolaborasi. Untuk mempersiapkan siswa hidup mandiri setelah lulus sekolah sangat bijak jika selama 3 tahun sekolah terbiasa bekerja sama dengan rekanya, iklim kolaborasi lebih di kemukakan dibandingkan iklim persaingan. Keempat, stimulasi siswa untuk berkomunikasi dalam berbagai media perlu diarahkan. Komunikasi lisan melalui presentasi, komunikasi tulisan melalui medsos atau blogger  harus sudah menjadi perhatian bagi seluruh guru mapel untuk mendesain keterampilan sisa agar bisa asertif berkomunikasi dengan baik dan bernar. Era MEA pun perlu disikapi dengan baik karena pesaing siswa sudah multi etnik.
  3. Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Pertama, pengetahuan terhadap mesin, alat dan bahan serta komponenya merupakan syarat mutlak siswa bisa bekerja..Selanjutnya siswa wajib memahami prinsip kerja peralatan dan bahan yang biasa digunakan di dunia kerja. Kedua, siswa dilatih untuk mengoperasikan peralatan sesuai SOP dan  sampai taraf pengukuran kecepatan, keakurasian dan kepresisian penggunaan peralatan. Pada keterampilan ini siswa juga bisa melakukan setting, perbaikan ringan atau troubleshooting ketika muncul masalah pada efisiensi penggunaan peralatan. Variasi peralatan tidak akan menjadi masalah besar ketika konsep dasarnya sudah dikuasi utuh oleh siswa misalnya dari peralatan analog kepada sistem digital. Ketiga, sikap merupakan bagian penting dalam menunjang keterampilan. Sikap siswa merupakan manifestasi dari karakter yang di bangunn dari kebiasaan. Sikap teliti, disiplin, jujur dan sebagainmya merupakan karakter dasar yang perlu dibangun. Harus ada kegiatan penumbuhan karakter yang sistematis kelas, sekolah atau pelibatan masyarakat.
  4. Penilaian di SMK sebaiknya penilaian otentik berbasis pada produk yang dihasilkan selama siswa belajar di kelas bengkel atau lab. penilaian yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang di hasilkan. 
  5. Hubungan antara Dunia Usaha dan Dunia Industri  antara SMK merupakan keniscayaan yang mutlak. Sejatinya SMK hadir karena permintaan dari DUDI akan kebutuhan tenaga kerjanya. Pada saat ini kejaran target pemerintah antara rasion SMA : SMK sebesar 30%: 70 %  berdampak pada melencengnya kekhasan SMK
  6. Pertumbuhan dan perkembangan SMK yang baik adalah perkembangan dengan kriteria yang ditinjau dari sisi penggunaan perkembangan Teknologi yang digunakan sekolah saat ini. Sekolah konvensional tidak akan dapat meluluskan siswa yang siap pakai dan siap bertarung dengan para ekspatriat yang datang menyerbu Indonesia atau siap bersaing di luar negeri. Kemajuan sekolah dalam penggunaan teknologi dapat dengan sederhana dilihat dari pemanfaatan teknologi informasi dalam administrasi terpadu, perencanaan, begitu juga dalam pembelajaran dan evaluasi.
  7.  Pendidikan kejuruan lebih ditekankan pada “learning by doing” dan “hands-on experience”. Pembelajaran di SMK seperti diketahui antara teori, praktik dan link and match di DUDI dalam perbbandingan 1:2:4. Implementasi dari konsep rasio demikian akan mudah diterapkan pada pembelajaran melalui konsep teaching factory
  8. Pengadaan sarana dan prasaranu di sekolah kejuruan perlu memperhatikan DUDIN mana yang menjadi mitra, kelengkapan dan kemutakhiran sarana dan prasarana haruslah berada dia atas sarana dan prasarana DUDIN
  9. Pendidikan di SMK secara umum pada saat ini tahun 2018 rata rata memerlukan biaya sekitar 6 juta tiap siswa per tahun. Pemerintah saat ini baru bisa membantu melalui BOS atau BPMU sebesar 1400 K /siswa/tahun dengan demikian biaya pokok tersebut haruslah di tanggung oleh Yayasan atau Komite sekolah. Kesalahan besar pada umumnya sekolah adalah pengelolaan uang BOS atau BPMU yang masuk ke sekolah kemudian masuk ke yayasan kemudian dikelolaoleh yayasan. Konsepyang benar adalah bahwa pengelolaan BOS dan BPMU adalah oleh Kepala Sekolah.

No comments :